Ketika kami masih kecil, seorang ibu memperingatkan anak-anaknya untuk tidak meninggalkan sebutir nasi pun di piring. Seolah sudah menjadi kebiasaan dan diturunkan dari generasi ke generasi dalam pola pikir nilai salah satu makanan pokok ini untuk keluarga.
Di era Indonesia yang baru merdeka, tidak semua keluarga bisa mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Kebanyakan hanya memiliki sagu yang datang setiap dua bulan sekali. Karena pada saat itu beras merupakan makanan yang cukup langka dengan harga yang mahal dan hanya kalangan atas yang memiliki akses mudah terhadap beras. Lambat laun, pembagian beras menjadi milik rakyat jelata dan bukan lagi makanan kelas atas. Butir beras yang mewah ini kemudian diolah menjadi beras dengan perhitungan yang tepat, agar tidak cepat habis.
Karena sulitnya memperoleh beras, para wanita zaman dahulu percaya bahwa sisa beras tersebut dapat dikonsumsi kembali. Salah satu caranya adalah dengan mengumpulkan beras yang belum jadi dan mengeringkannya di atap atau pekarangan rumah. Nasi sisa yang sudah dikeringkan disebut nasi aking.
Meski nantinya bisa dibuat menjadi berbagai makanan, cara asli pembuatan nasi tetap sama. Nasi sisa yang tidak dimakan dikumpulkan dalam satu wadah dan dibilas terlebih dahulu di bawah air untuk membersihkannya dari berbagai bumbu masak lainnya seperti sambal, sayur campur dan lain-lain. Setelah itu, nasi dipindahkan ke wadah datar atau bisa berupa nampan dan dioleskan secara merata di atasnya. Wadah atau nampan berisi beras tersebut kemudian dijemur di tempat yang mendapat sinar matahari langsung selama kurang lebih dua hari.
Cara Membuat Nasi Aking Manis
Tujuan awal pembuatan beras ini adalah agar dapat dikonsumsi kembali. Maka setelah dijemur, sajian nasi aking kering ini direndam dalam air hingga empuk, lalu dicuci kembali sebelum dimasak kembali selama 30 menit seperti nasi pada umumnya. Saat dimasak, biasanya dinikmati dengan mencampurnya dengan parutan kelapa muda dan sedikit garam untuk menambah rasa gurih pada nasi.
Namun, sekitar beberapa tahun yang lalu, sebuah inovasi baru lahir dalam pengolahan beras. Jika memasak nasi biasanya terasa asin dan gurih, resep ini memperkenalkan rasa manis dan renyah pada hidangan nasi. Caranya juga cukup sederhana. Bahan yang harus disiapkan adalah 100 gram gula pasir, 100 ml air dan sedikit asam sitrat.
Panaskan wajan dengan minyak panas dan tambahkan segenggam nasi. Tidak butuh waktu lama untuk memanggangnya, cukup 15-20 detik saja sudah cukup. Kemudian, di wajan lain, tambahkan gula, asam sitrat, dan air, lalu aduk hingga mengental. Setelah semua nasi aking digoreng, tambahkan ke dalam campuran gula kental dan aduk cepat dengan api kecil. Nasi aking manis siap dihidangkan!